Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah
intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya.
Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the
presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua
pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah
pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain
sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan
masing-masing.
Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan.
Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.
Seorang wirausahaan harus memandang sebuah persoalan dari berbagai sudut dan mencari cara baru untuk memecahkan masalahnya. Jika kelompok karyawan perusahaan mengurangi jumlah pilihan masalahnya, maka wirausahawan harus memperimbangkan masalahnya agar menjadi luas dan mendalam.
Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan.
Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.
Seorang wirausahaan harus memandang sebuah persoalan dari berbagai sudut dan mencari cara baru untuk memecahkan masalahnya. Jika kelompok karyawan perusahaan mengurangi jumlah pilihan masalahnya, maka wirausahawan harus memperimbangkan masalahnya agar menjadi luas dan mendalam.
Jika wirausaha meninjau lagi pemecahan masalah yang mungkin terkait di dalam, maka beberapa pemecahan itu dapat digabungkan, sedangkan pemecahan masalah lainnya dapat dikesampingkan. Berikut ini beberapa kriteria yang mungkin sangat berguna jika seorang wirausahawan ingin mengevaluasi pemecahan masalah yang diusulkan.
1. Apakah pemecahan masalah itu dapat diterapkan dengan
baik?
2. Apakah pemecahan itu sudah logis?
3. Apakah persoalan-persoalan tambahan yang timbul dapat
diselesaikan dengan baik?
Permasalahan yang dihadapi oleh
oleh para wirausahawan hendaknya aktual dan menarik serta mengandung beberapa
kemungkinan tindakan, di antara beberapa alternatif pemecahan masalah, salah
satunya cara penerapan Teori Dewey tentang berpikir positif, bahwa seorang
wirausahawan hendaknya:
a. tidak merasa bimbang, bingung, dan kesulitan;
b. merumuskan masalah yang ingin dipecahkan untuk
mengatasi kebimbangan tersebut;
c. menguji hipotesis dengan mengumpulkan data faktual
sebagai usaha menemukan cara pemecahan masalah;
d. mengembangkan ide untuk memperoleh pemecahan terbaik;
e. mengambil kesimpulan yang didukung oleh fakta yang
valid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar